Selasa, 28 Juni 2011

peGIat di Alam Terbuka


Berawal dari hobi yang sama, maka kami 4 (empat) mahasiswa di kampus "strategis" (lokasinya pas banget di jalur yg ramai.. saking strategisnya banyak yg nongkrong di depan kampus terutama,, tukang gorengan, tukang pisang, sol sepatu de el el.), setelah dirasa cukup memiliki nyali dan niat. kami membentuk sebuah wadah untuk mengapresiasikan hobi dan penampung hasrat "desire" untuk berjalan-jalan melepaskan penat dan melupakan rutinitas yang menjemukan dengan cara berkemah. di awal pembentukan begitu banyak perubahan dan proses panjang yg harus kami lalui.. kami membentuk kelompok "Mahasiswa Hampir Pencinta Alam" (maaf kami tidak mampu menjadi pecinta alam sejati).. menamakannya dengan GEMAJALA (GErakan MAhasiswa penjelaJah ALAm) lantas tak lama berselang kami ganti menjadi JAHAT (jelaJAH Alam Terbuka) hingga terakhirnya menjadi GIAT (peGIat di Alam Terbuka).
 
Sengaja kami menghindari penggunaan kata "PECINTA ALAM", karena bagi kami untuk menjadi seorang pecinta alam itu amatlah jauh dari kemampuan kami untuk menggapainya dan merupakan suatu tanggung jawab yang luar biasa dahsyatnya. Dikarenakan terlalu sering kami saksikan para "PECINTA ALAM", ketika melakukan pendakian atau kegiatan lainnya lebih terkesan sebagai "PENCEMAR LINGKUNGAN". masih segar dalam ingatan ketika menginap di alun-alun suryakencana Gunung Gede, ketika itu musim awal penghujan dengan sumber air yang baru mulai mengalir di parit yg membelah alun-alun surya kencana, di salah satu kelokan air yang mengalir terkontaminasi oleh Tinja hasil olahan domestik "pecinta alam", ditepian selokannya terdapat onggokan-onggokan sisa-sisa santapan malam hari berupa remah-remah mie rebus dan kerak nasi, ditambah pula dengan buih-buih sabun pembersih perkakas makan dan memasak.
 
Kening mengkerut, dahi berkeriput, tak jauh dari TKP terdapat kumpulan tenda-tenda dome yang tak sedikit juga memasang atribut perkumpulannya, yang dengan lantang dan jelas berkata "Kelompok PECINTA ALAM bla bla bla abal abal bal bal bal....".  Lho, katanya pecinta alam tapi kok nyampah, ngotori sumber air, sembrono terhadap milik orang banyak (air bersih di lokasi perkemahan adalah milik umum). sempat berpikir juga, apakah mereka tidak mendapatkan pengetahuan tentang tata-cara beraktivitas di alam terbuka?, apakah mereka tidak mendapatkan pengetahuan tentang etika berkemah yang baik?, apakah mereka cukup bangga dengan bendera Pecinta Alamnya tapi lupa bagaimana cara berperilakunya?... shame on you, shame on me..
 
Terlalu banyak deh perkumpulan-perkumpulan yang bermunculan dengan mengusung dan memakai nama pecinta alam, biar di bilang gagahkah? atau biar dibilang sok peduli? peduli amat kali ya?
 
Bercermin dari salah satu organisasi kerimbaan yang legendaris, disitu tidak terdapat kata-kata Pecinta Alam, tetapi kegiatannya sungguh dipenuhi dengan kegiatan yang menunjukkan Kecintaan akan kelestarian Alam sekitar kita.
 
Mungkin tidak semuanya sependapat dengan saya dalam hal tersebut, tapi inilah pandangan saya tentang ke-Pecinta Alam-an, pandangan tersebut tidak tumbuh liar begitu saja, tetapi tumbuh setelah didahului dengan interaksi dengan para pegiat sepuh yang mumpuni dibidangnya dan melalui perenungan-perenungan serta introspeksi diri. ternyata masih banyak perilaku kita yang bertentangan dengan prinsip ke-Pecinta Alam-an yang selalu kita dengungkan.
sebuah contoh kecil,
contoh 1
"ketika kita berkata, ya, aku adalah seorang Pecinta Alam, sudahkah kita bertanya pada diri kita sendiri, tentang sudahkah kita mencintai diri kita sendiri dan memenuhi hak tubuh kita yang merupakan bagian dari Alam semesta?
apa sajakah hak tubuh kita itu?
- hak mendapatkan perlakuan yang baik, seperti tidak merusak tubuh dengan men tato, menindiknya (untuk badan laki-laki kecuali maho).
- hak mendapatkan istirahat yang cukup, seperti tidak diforsir berlebihan dalam melek/begadang.
- hak mendapatkan gizi yang baik, seperti 4 sehat 5 sempurna (tidak harus mewah yang penting lengkap nutrisinya).
- hak terbebas dari segala bentuk racun yang masuk ke dalam tubuh dengan sengaja, seperti asap rokok, narkotika, dan zat-zat racun lainnya termasuk minuman beralkohol.
apakah kita sudah memenuhi hak-hak tersebut? jika kita tidak sanggup melakukannya, maka suatu kebohongan besar bahwa kita merupakan seorang Pecinta Alam".
 
contoh 2
pertanyaan-pertanyaan sederhana, tolong tanyakan kepada diri kita sendiri tentang :
1. apakah kita telah menanami pekarangan rumah kita dengan pohon?
2. seberapa banyak pohon yang telah kita tanam?
3. seberapa banyak daun pepohonan yang rontok karena ulah kita?
4. seberapa banyak ranting hijau dan segar yang telah kita patahkan?
5. seberapa banyak kulit-kulit pepohonan yang kita kupas dan lukai hanya untuk menandakan bahwa kita pernah lewat?
6. seberapa banyak sampah dijalanan yang kita pungut dan buang pada tempatnya?
7. seberapa banyak sampah yang kita buang pada tempatnya?
8. seberapa kuatnya kita mendaur ulang sampah domestik kita sendiri dan tidak mencemari tanah sekitar kita?
 
saya dapat simpulkan, berdasarkan hal-hal kecil yang sering tidak kita sadari ternyata memberi dampak yang besar sekali, entah terhadap diri kita sendiri maupun lingkungan tempat kita berhabitat.
 
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>> sementara demikian, nanti akan dilanjutkan dan diupdate dilain waktu, it's time for observe and do >>>>>